Nuansa Adat Warnai Pembukaan Sidang MPL – PGI
di Tobelo
Pembukaan Sidang Majelis Pekerja Lengkap (MPL) – Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) yang dilaksanakan di Tobelo, Jumat (04/02), tepatnya dikawasan Pemerintahan Kabupaten Halmahera Utara diwarnai dengan nuansa adat, baik adat yang menceritakan tentang terbentuknya Hibua Lamo yang dibawa oleh para leluhur sebelumnya serta bagaimana masuknya Injil ke Halmahera yaitu di desa Duma oleh Heindrik Van Dijken. Pembukaannya dihadiri oleh Ketua Umum PGI, Wakil Gubernur Malut, yang mewakili Menteri Agama, yang mewakili Menteri PDT, Bupati dan Wakil Bupati Halut, yang mewakili Korem Malut dan Polda Malut, Peserta Sidang MPL – PGI tahun 2011, jajaran unsure muspida Halut, serta masyarakat Halut.
Bupati Halut sekaligus Ketua Panitia Sidang MPL – PGI tahun 2011, Ir. Hein Namotemo, MSP dalam laporannya mengatakan bahwa lambang merah putih yang diatraksikan oleh putra-putri Hibua Lamo adalah merupakan upacara besar yang mempersatukan kembali merah putih yang telah tercabik-cabik pada perseteruan antara kelompok/wilayah beberapa tahun silam. Untuk itu, Hein Berharap agar berkeadilan, aman, insklusif dan damai dapat terwujut disetiap orang. Dari 208 peserta siding MPL-PGI, kata Hein, sebagian masih dalam perjalanan. Menyangkut persiapan pendanaan dalam sidang itu, kata Hein, membutuhkan dana yang besar. Tetapi, semuanya itu dibutuhkan sebuah pengorbanan sehingga sebesar apapun dana tersebut tidak akan menjadi suatu penghalang.
Wabup Malut, KH. Abdul Gani Khasuba, Lc., dalam sambutannnya mengatakan, dengan moment ini telah membuat setiap masyarakat bergembira. Selain itu, ada tiga hal yang menarik di Persidangan MPL – PGI ini dikatakannya, yakni memelihara keyakinan terhadap kepercayaan, pemeliharaan lingkungan, serta memelihara kemajemukan. Abdul sendiri dalam sambutannya mengatakan, dirinya heran jika pelaksanaan Sidang MPL – PGI dilaksanakan di Tobelo. Padahal, dikatakannya, MPL – PGI biasanya dilaksanakan di kota-kota besar. Sehingga, dengan diselenggarakannya di Tobelo, perlu disyukuri. Selain itu, Abdul berharap agar para petinggi-petinggi gereja jangan pernah bosan untuk mengingatkan setiap pejabat pemerintahan dalam melaksanakan aktifitasnya. Serta bagaimana membahas tentang membuka perusahan-perusahan agar tidak penggangguran lagi.
Sementara itu, Ketua Umum PGI, Pdt. Dr. A.A. Yewangoe dalam sambutannya mengatakan bahwa dari 88 Sinode yang ada di Indonesia, terhampar 80% jemaat Protestan. Dengan dilaksanakannya persidangan MPL – PGI di Tobelo Halut, setiap peserta begitu bergembira. Dikatakan Yewangoe, bahwa Maluku Utara perlu dibanggakan karena telah memperlihatkan kemajuan yang signifikan. Dengan dilaksanakannya Sidang ini, katanya, Halmahera dapat sungguh-sungguh terjadi perdamaian serta rekonsiliasi. Serta bagaimana menjauhkan setiap perbedaan dengan sesama. Dan kerukunan sejati adalah dimana kita salaing menghargai dan saling menghormati.
Adapun sambutan dari perwakilan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT), Lucky Koraag, M.Si, bahwa Halut merupakan salah satu kabupaten tertinggal. Sementara ini, kata Lucky, bahwa dari 70% dari 183 kabupaten tertinggal, dikawasan Timur Indonesia paling banyak terdapat di kabupaten-kabupaten yang ada di Propinsi Papua Barat, Maluku dan Maluku Utara. Namun, katanya, dari kabupaten tertinggal itu muncul orang-orang yang berprestasi. Kedepan nanti, penanganan daerah tertinggal akan dilaksanakan secara bertahap. Serta mengikuti tema “Percepatan Pertumbuhan Ekonomi yang Berkeadilan”. Sementara itu, Dirjen Bimas Kristen, yang mewakili Menteri Agama, dalam sambutannya mengatakan bahwa lewat Sidang MPL ini dapat menciptakan umat Kristen yang sejahtera dan memelihara kemajemukan. Selain itu, dalam pelaksanaan sidang kedepan diharapkan dapat menampilkan gagasan baru untuk pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar